Sabtu, 14 Desember 2013

layar tancap modern dengan konsep bioskop temporer

Selama sepekan warga Jakarta bisa menonton film-film Indonesia klasik lewat ajang Kineforum Misbar, yang digelar Kineforum Dewan Kesenian Jakarta, bekerja sama dengan Jakarta Biennale 2013. Acara ini berlangsung pada 10-16 Desember 2013 di Lapangan futsal Monas (masuk dari pintu timur laut, seberang Gedung Pertamina).


Kineforum Misbar merupakan sebuah konsep bioskop temporer dengan desain kontemporer di ruang terbuka, memutarkan film-film Indonesia klasik dan kini. Konstruksio Kineforum Misbar dirancang oleh dua arsitek, Melissa Liando (Indonesia) dan Laszlo Csutoras (Hungaria) dengan mengadaptasi konsep menonton layar tancap yang populer di era 70-80an sebagai hiburan rakyat namun kini makin jarang ditemukan. Selain menjadi media nostaliga layar tancap, Kineforum Misbar juga memberikan ruang alternatif dan pengalaman menonton untuk publik Jakarta, sekaligus siasat membawa film ebagai tanggapan atas kurangnya bioskop untuk rakyat.

Area Kineforum Misbar berukuran 40 m x 16 m dengan kapasitas 150-200 orang, didukung sistem audio-visual yang berkualitas. Bangunannya menggunakan materi yang terjangkau dan dapat digunakan kembali setelah pertunjukkan berakhir. Struktur yang digunakan adalah sistem pipa scaffolding sewaan yang fleksibel dan memungkinkan perakitan yang cepat, kemudian dilapisi bahan-bahan sederhana lainnya. Menurut Melissa dan Laszlo, mereka berdua memiliki ketertarikan khusus menciptakan bentuk arsitektur yang dipadukan dengan agenda sosial. Pada dasarnya desain untuk Kineforum Misbar ini menggabungkan prinsip misbar dengan bioskop modern.

Kurator Kineforum Misbar, Adrian Jonathan dan Mahardhika Yudha memilih film-film Indonesia dari berbagai era untuk diputar di Kineforum Misbar. Mulai dari film Apa jang Kau Tjari, Palupi? (1969), Kejarlah Daku Kau Kutangkap dan Nagabonar dari era tahun 80-an, sampai film Rumah Dara yang diproduksi pada tahun 2000 ke atas. Pemilihan film dilakukan dengan berbagai pertimbangan seperti cerita tentang upaya menyiasati kehidupan ibu kota dan anak muda yang membaca lingkungannya, dengan tujuan mendekatkan film Indonesia dengan penonton.

Penayangan film berlangsung setiap pukul 19.00 dan 21.00. Khusus hari Jumat dan Sabtu, ada pemutaran tengah malam yang dimulai pukul 00.00.  Kineforum MISBAR akan dibuka dengan film Apa jang Kau Tjari, Palupi? (Asrul Sani, 1969). Pada 12 Desember 2013, kineforum MISBAR juga akan menjadi tempat peluncuran film Darah dan Doa (Usmar Ismail, 1950) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Penayangan film-film di kineforum MISBAR terbuka untuk umum dan gratis.

sumber:  http://www.gatra.com/budaya-1/seni/43841-tonton-film-indonesia-gratis-di-kineforum-misbar-monas.html

saya pun penasaran dan ikut mengunjungi tontonan misbar atau layar tancap bersama teman saya, meskipun menggunakan konsep layar tancap tapi dari segi arsitektur dan audio visual tidak kalah bagus dengan bioskop-bioskop yang ada di mall. Apalagi sensasi menonton film sambil hujan-hujanan, mungkin jarang sekali saya merasakannya.

meskipun berada di ruangan terbuka (tanpa atap) tetapi suasana menonton terasa seperti di dalam bangunan, dan jika hujan panitia telah menyiapkan jas hujan gratis untuk para pengunjung.
Jadi, menurut saya kineforum misbar ini sangat-sangat menghibur terutama untuk masyarakat menengah ebawah yang jarang apalagi belum pernah masuk ke bioskop.

dan inilah gambar suasana nonton misbar:











Tidak ada komentar:

Posting Komentar